Kuliner Khas Bogor

Suatu kali di rapat redaksi, saya dan tim pernah berencana mengangkat kuliner Bogor. Semua sudah bertahun-tahun di Bogor, tapi semua kebingungan, emang kuliner Bogor apaan? Ngambil nara sumbernya ke mana?

Roti unyil venus. Dok: http://glenhelena.multiply.com

Kalau mau bawa oleh-oleh, saya pribadi selalu belinya roti unyil Venus yang biasa gerobaknya nongkrong di bawah tangga penyebrangan dekat Tugu Kujang. Ini gampang dapatnya dan orang rumah pada suka. Tapi itu roti yang jelas bukan Indonesia banget, jadi sebetulnya ini bukan khas Bogor. Juga, harganya naik terus, gak turun-turun, kan bukan Indonesia banget tuh (kalau Indonesia kan, harga naik, didemo, gak jadi naik). Sebiji kecil begitu harganya kalau gak salah Rp 1.300.

Roti unyil dicoret.

Gimana kalau asinan? Yang ini mendingan. Harganya murah dan Indonesia banget. Kayaknya gak ada asinan di luar Indonesia, ya kan? Tapi, ini bukan khas Bogor. Di mana-mana gampang nemu asinan kok. Di Jawa banyak. Malah saya nemu asinan Sabang (Aceh) yang itu juga katanya khas di sana.

Asinan dicoret.

Nah, tales gimana? Wah, ini lagi… saya pernah nemu tales itu di Miangas (pulau paling utara Sulawesi) yang itu sudah dekat banget sama Filipina. Mereka makan tales juga tuh, malah ada satu hamparan lahan tanamannya tales semua.

Tales juga dicoret.

Akhirnya, dulu kalau gak salah, kami mutusin angkat warung tenda ujung tol aja. Itu loh, warung-warung yang makan trotoar yang berderet memanjang antara kujang sampai swalayan Ada. Kita gak ngomongin itu warung legal atau enggak ya, tapi kita ngomongin di situ kita bisa nemu macam-macam makanan sunda yang jadi prototype warung makan di Bogor.

Pas saya mau ngeliput ke sana siang-siang (2009), warungnya pada tutup. Ada sih yang buka, tapi ngomongnya gak nyambung, jadi gak jadi ditulis deh, hehe.