Kasihan atau Gemas?

“Punten Bapak Ibu, saya seorang tuna netra. Nyuhun sedekahnya, seikhlasnya.” Kalimat itu terus diulang oleh seorang Bapak yang terlihat sehat dan kuat. Ia memegang tongkat dan terkadang dituntun oleh seorang bocah. Mungkin anaknya. Sejak awal masuk bus lewat pintu depan, sampai keluar bus dari pintu belakang, ia mengucapkan hal yang sama sambil menyodorkan tangannya ke setiap kursi penumpang.

Terakhir saya naik bus Bogor-Jakarta itu 2010. Baru kemarin (April 2012) saya naik bus itu lagi. Tidak banyak yang berubah, termasuk Bapak-Bapak ini. Sering sekali saya lihat dia masuk ke bus-bus yang ngetem di Baranang Siang. Kawan saya yang tahun 2004 tiap haru bolak-balik Bogor-Jakarta komentar bahwa Bapak itu dari dulu sudah ada. Jadi minimal dia sudah 8 tahun meminta-minta begitu.

Kasihan atau gemas?

6 Comments (+add yours?)

  1. Jurnal Transformasi
    Apr 19, 2012 @ 09:35:46

    Delapan tahun berkarier sebagai pengemis dengan kondisi badan sehat walfiat, kiranya penghasilan lewat mengemis cukup memadai tampaknya…

    Reply

  2. Spesifikasi dan Harga Ponsel
    May 28, 2012 @ 00:31:43

    Kalo saya kayak gitu gemas…mereka itu malas bekerja karena fisik kuat sehat bisanya cuma minta. Tradisi seperti itu turun temurun pada keluarga mereka sehingga mengakar kuat dan sulit diarahkan untuk bekerja produktif. Ya benar iqbal, penghasilan mereka tak main-main hingga puluhan hingga ratusan ribu perhari..bahkan di cirebon sempat di expose tuh di TV penghasilan pengemis 200 rb/hari…kini dia punya rumah mewah dari hasil ngemis

    Reply

  3. jaka
    Jun 27, 2012 @ 11:23:45

    Salam Kenal Untuk Semuanya Yaa… 🙂

    Reply

  4. nadiaananda
    Jun 27, 2012 @ 11:26:02

    Semangat.. Semangat untuk indonesia dan para blogger semuanya.. Ayo kita menulis dan berbagi.. 🙂

    Reply

  5. nadiaananda
    Jul 13, 2012 @ 10:55:58

    Waahh,, seru juga nih ternyata baca artikel sambil rokok_an n ngopi.. Ahihihihi..

    Reply

Leave a comment